Photo by: @Amelleo88
Saya lelah sangat, teman-teman.. Bukan, bukan karena habis aerobik atau kecapekan bekerja. Saya lelah melihat timeline Facebook saya beberapa minggu belakangan ini. Sudah ditahan-tahan tapi sekarang saya merasa penat jadi ya saya tumpahkan saja semua melalui tulisan, apalah yang bisa saya lakukan lagi ya kan?
Isu politik yang kian memanas tanpa berhenti benar-benar membuat saya muak. Saya pribadi tidak peduli dengan siapa yang kalian tuding tentang "drama" politik Indonesia yang baru-baru ini terjadi. Saya tidak mau menghakimi pemerintahan saat ini. Tidak mau mengeluarkan pendapat apapun soal perang politik, siapalah saya, semua tentang itu diluar kepandaian saya. Tapi satu hal yang membuat saya begitu capek dan penat: reaksi orang-orang yang terus membuat drama ini semakin berliku. Ibarat drama Korea ini tuh sudah mencapai season puluhan mungkin.
Saya punya teman yang selalu update hal-hal yang memicu provokasi. Awalnya geli juga tapi saya bodo amat, mencoba mengacuhkan. Tapi kok setiap hari bisa lebih dari 10 x ngepost status yang "panas" ketahuan banget membela siapanya. Saya gak peduli ya kamu mau bela siapa tapi tolong bisakah tahan diri untuk tidak memprovokasi siapapun di sosial media? Kamu pintar loh, aku tahu kamu katanya berpendidikan, tunjukkan kualitasmu sebagai manusia yang pernah mengenyam bangku sekolah dong.
Saya pribadi mau membuat statement di tulisan ini sebelum berlanjut ke pendapat lainnya. Saya adalah warna negara Jakarta dan Indonesia (tentunya), saya suka sekali melihat kota saya kini menjadi lebih baik jauh daripada dulu-dulu. Saya merasakannya sendiri bukan dengar dari orang ataupun baca internet atau bahkan dari broadcast whatsapp khas tante-om masa kini. Saya MENGALAMINYA. Saya orang yang logis dan mengacu pada fakta yang ada. Oleh karena itu saya suka dengan Pak Ahok - semua hal yang dia buat kemarin sudah membuat kota saya lebih baik!
Apa karena beliau Kristiani atau Tionghoa? TIDAK. Saya juga fans berat Pak Jokowi dan saya turut andil menyumbang suara waktu Pemilu kemarin. Baru kali ini saya bisa merasa aman dan optimis untuk tinggal di Indonesia karena beliau-beliau itu! Jujur dari lubuk hati saya yang paling dalam, andaikan (ini andaikan) Habib Rizieq pun punya cara kerja dan mental yang sama dengan Pak Jokowi atau Pak Ahok, saya pun akan mendukung dia untuk memimpin negara ini! Iya dong, jadilah objektif, siapapun dia, mau alien atau zombie sekalipun, kalau bisa menjadikan Indonesia lebih baik ya pasti saya pilih!!
Saya termasuk orang yang palingggg jarang update status Facebook untuk urusan politik/ekonomi atau apapun yang saya kurang pahami. Saya lebih sering sharing kode diskon, review makeup, curhat tentang kerjaan, makanan, video kucing konyol, atau apapun yang menyenangkan. Meskipun saya tahu ada gereja di bom, KKR dibubarkan ormas, restoran dihancurkan waktu bulan puasa (semua fakta karena ada foto dan sumber yang jelas), tapi saya TIDAK pernah share link atau apapun karena menurut saya cukup saya berdoa saja untuk mereka daripada saya membuat "kegaduhan" yang berujung pada perpecahan, ya kan? Tolong tegur saya jika saya salah.
Saya mau tanya sebenarnya sama teman saya itu yang setiap hari update status provokasi, kok yang di sharing yang menyerang Pak Ahok terus ya? Apa pendapat kamu dengan berita selain itu? Kenapa kamu menebar kebencian terus-menerus? Kalau kamu tidak suka Pak Ahok yah jangan pilih pada Pemilu nanti, oh, saya lupa kamu bukan orang Jakarta. Lebih parah kan, sekarang saya sudah kurang respek sama kamu sebagai teman saya.
Tapi kenapa saya gak tanya? Males. Saya mau belajar menahan diri. Mengontrol pikiran agar tidak membuat perpecahan dan belajar memahami dia yang mungkin insecure. Pengennya sih di unfriend, tapi yaudalah, nanti saya sama aja kaya dia, insecure.
Pasti ada dari kalian yang bertanya kok saya gak tutup aja Facebook, gak usah buka, ribet amat daripada kesel. Guys, saya gak munafik. Kadang kalo bosan saya pasti buka sosmed, termasuk Facebook. Apalagi kalau macet pasti gatel pengen buka aja gitu reflek. Jadi agak susah untuk tidak buka sosmed. Serius deh saya juga maunya gak buka-buka.
Berulang kali saya memang sudah lelah dengan semua yang ada di negara ini, saya jujur, gak munafik dan sok nasionalis. Rasanya pengen minggat ke negara lain. Apalagi karena saya termasuk minoritas disini. Padahal saya lahir dan besar di Indonesia. Saya juga sebenarnya ingin mati di tanah air ini.. Tapi kembali lagi saya bilang, optimisme saya muncul ketika Pak Jokowi dan Pak Ahok keluar di permukaan, dan membawa nafas segar bagi saya yang selama ini skeptis terhadap pemerintahan Indonesia. Kalau saya punya 100 jempol, sudah saya acungkan semua buat mereka.
Memang jadi ribet, harus urus BPJS, bikin NPWP, bayar dan lapor pajak, ini inu, gak bisa nyogok pas bikin SIM, daftar ulang KTP, dsb. Tapi woiiii melek woiii itu semua justru adalah sistem yang rapi dan terstruktur! Kalau mau punya pemimpin yang bersih ya kitanya juga harus bersih dong! Jangan punya standar ganda.
Menurut saya, masyarakat Indonesia itu harusnya bersyukur dan banyak lihat dunia luar. Lihat Korea Utara misalnya, apakah bisa sebebas seperti disini? Boro-boro demo, mau memberikan pendapat saja mungkin sudah hilang nyawa loh. Kita sekarang sudah nyaman banget, tidak ada penjajahan, demokratif, dan merdeka, ya itu tapi saking merdekanya jadi lupa cara bernegara yang baik. Malah saya membayangkan waktu zaman perjuangan dulu pasti rasa persatuannya kental banget. Jangan jauh-jauh deh, saya inget waktu timnas Indonesia bertanding dengan Malaysia. Saya sampai merinding melihat bagaimana semua rakyat bersatu mendoakan dan mendukung bangsa ini. Beginilah seharusnya politik menurut saya, seperti sepakbola, bebas dari unsur agama dan ras - yang penting bagaimana para pemimpin "menggiring bola dan mencetak goal". Ya gak sih?
Saya juga sebenarnya penasaran dan kurang bisa terima kenapa etnis Tionghoa di Indonesia itu dibenci sih? Padahal coba inget-inget, setahu saya di buku sejarah, gak pernah bangsa Tionghoa menjajah Indonesia. Adanya itu Belanda, Jepang, Portugis, Spanyol, dan Inggris, bener kan ya? Setau saya orang Cina zaman dulu itu cuma dagang, jualan, cari makan, dan beberapa ada yang kepincut orang Indonesia dan akhirnya beranak pinak. Salah kah???
Kalau urusan karena dendam, harusnya tuh yang dibenci bule-bule dong! Ehh ini malah kalau lihat orang bule kaya liat dewa dipuji-puji dan disanjung. Udahlah, gak akan pernah ada jawabannya.
Menurut saya, masyarakat Indonesia itu harusnya bersyukur dan banyak lihat dunia luar. Lihat Korea Utara misalnya, apakah bisa sebebas seperti disini? Boro-boro demo, mau memberikan pendapat saja mungkin sudah hilang nyawa loh. Kita sekarang sudah nyaman banget, tidak ada penjajahan, demokratif, dan merdeka, ya itu tapi saking merdekanya jadi lupa cara bernegara yang baik. Malah saya membayangkan waktu zaman perjuangan dulu pasti rasa persatuannya kental banget. Jangan jauh-jauh deh, saya inget waktu timnas Indonesia bertanding dengan Malaysia. Saya sampai merinding melihat bagaimana semua rakyat bersatu mendoakan dan mendukung bangsa ini. Beginilah seharusnya politik menurut saya, seperti sepakbola, bebas dari unsur agama dan ras - yang penting bagaimana para pemimpin "menggiring bola dan mencetak goal". Ya gak sih?
Saya juga sebenarnya penasaran dan kurang bisa terima kenapa etnis Tionghoa di Indonesia itu dibenci sih? Padahal coba inget-inget, setahu saya di buku sejarah, gak pernah bangsa Tionghoa menjajah Indonesia. Adanya itu Belanda, Jepang, Portugis, Spanyol, dan Inggris, bener kan ya? Setau saya orang Cina zaman dulu itu cuma dagang, jualan, cari makan, dan beberapa ada yang kepincut orang Indonesia dan akhirnya beranak pinak. Salah kah???
Kalau urusan karena dendam, harusnya tuh yang dibenci bule-bule dong! Ehh ini malah kalau lihat orang bule kaya liat dewa dipuji-puji dan disanjung. Udahlah, gak akan pernah ada jawabannya.
**
Sejujurnya, selain karena teman saya yang tukang update status panas itu, saya jadi meluap ingin menulis tentang ini juga karena berita pembubaran ibadah Kristiani di Bandung baru-baru ini. Saya marah. Yah, saya benar-benar muak. Frontal ya: waktu kejadian 212 coba hitung berapa kerugian negara dalam sehari karena banyak toko dan perusahaan tutup. Jalanan macet dan yang masih bekerja harus fighting di jalanan. Apa ada aksi protes terhadap itu? Gak ada. Kami semua terima saja kalau mereka mau berdoa massal di Monas. Senang melihat kedamaian dan persatuan mereka. Tapi kenapa mereka membubarkan ibadah kami yang padahal TIDAK mengganggu sama sekali? Kami tidak membuat kemacetan, tidak merugikan negara, dan tidak merugikan siapapun! Kenapa tega memperlakukan kami seperti ini? Memangnya kalian siapa berhak mengusir ibadah orang? Saya sedih sekali, setelah sekian banyak gereja yang di bomb, selama ini saya cuma bisa berdoa dan belajar memahaminya.
Agak legaan sih setelah menulis panjang lebar gini. Tidak mempengaruhi apa-apa sih, saya juga gak mau share post ini di sosmed, cukup buat saya curhat pribadi saja. Semoga semuanya baik-baik saja, saya yakin Tuhan sayang sama Indonesia dan akan membuat semua berakhir baik. Amin.
Jakarta, 6 Desember 2016
Dari seorang gadis minoritas yang optimis dengan kemajuan bangsa.
Gitaaa! *hug*
ReplyDeleteIya nih, emang lagi panas banget di FB. untungnya timelineku mayoritas pendukung Gubernur yg sekarang, jadi ga ada share-an berbau provokasi. Tapi, tetep aja ada satu-dua berita miring yang keliatan, salah satunya soal Sabuga Bandung itu. Beritanya bikin sedih. Natal taon ini bakal banyak polisi lagi nih didepan gereja. :'(
Kebetulan saya domisili bdg dan temen2 saya ada yg jd kader aktivis islam besar enggak tau tentang organisasi tsb (katanya nama organisasinya PAS atau apa lah ya itu lupa). Googling pun ga nemu jawaban yg valid asal muasal organisasi tsb. Jd entahlah itu siapa. Dan bagusnya langsung ditanggapi dgn cepat oleh kang emil (Ridwan Kamil).
ReplyDeleteSaya sedih, benci dan enggak tahan bgt kalau udah denger ada berita pemboman dan lain-lain yang ujungnya bawa2 agama. Karena agama saya pun enggak mengajarkan hal seperti itu. Jangankan yg minoritas teh, yang mayoritas pun di daerah timur indoensia pun malah terjadi bbrp kali pembantaian muslim seperti idul fitri berdarah, pembantaian maluku dan juga pembakaran mesjid (yg terakhir di tolikara) oleh oknum salibis. Saya pribadi pun pernah kerudung saya ditarik dari depan oleh bapak2. Pernah jg dikatain isis waktu dulu oleh bapak2 jg yg saya enggak kenal. Dan beberapa kejadian lainnya...
Kalau menurut saya, di tiap golongan pasti ada kambing hitam. Saya pun enggak mau benci sama teman2 saya itu hanya karena beda "golongan" atau karena kelakuan oknum tertentu, karena faktanya di kehidupan saya dan teman2 walaupun berbeda "golongan" tapi masih berinteraksi dgn baik. Karena saya tau mereka org baik2, tdk seperti oknum tsb. Semoga yg mayoritas bisa menjaga yang minoritas dimana pun itu, mau kaya atau miskin, ntah itu di indonesia atau di belaahan dunia manapun :(
Maaf ya teh, kalau aku ada salah2 kata..
Kak Gita, jangan pernah dengarkan dan tanggapi orang - orang seperti itu. Saya muslim, tetapi saya dukung PAK AHOK meskipun saya bukan orang Jakarta. Karena pak Ahok memberikan bukti, tidak seperti orang - orang yang hanya memberi janji saja hmmm.
ReplyDeleteMenulis memang bikin hati lega kak meskipun belum sepenuhnya hehe
www.extraodiary.com